Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai macam ragam bahasa, budaya, adat, ras, suku, serta kepercayaan yang beredar di dalamnya. Sehingga bukan pekara mudah jika ingin menyatukan pandangan, menentukan ideologi, penggunaan bahasa, sampai sumber hukum yang pantas untuk dijadikan pedoman dalam menegakkan keadilan di negeri yang penuh dengan keragaman ini. Maka lahirlah istilah pancasila sebagai pemersatu akan keragaman , dan sebagai sumber dari segala sumber hukum yang ada di Indonesia sehingga Pancasila disebut sebagai sari pati kekayaan Indonesia yang digali dari bumi pertiwi.
Fenomena globalisasi berpengaruh kepada pergeseran atau perubahan tata nilai, sikap dan perilaku pada semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perubahan yang positif dapat memantapkan nilai-nilai Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan mengembangkan kehidupan nasional yang lebih berkualitas. Negara gotong royong bahwa masyarakat Indonesia di berbagai tempat menjujung tinggi nilai kebersamaan. Karena kemajemukan bangsa indonesia tidak jarang juga sering terjadi Konflik dimanapun dan kapanpun tanpa mengenal ruang dan waktu. Hal ini membuat konflik seakan telah menjelma menjadi suatu entitas tersendiri pada umat manusia, namun semua manusia sesungguhnya memiliki nurani yang sama, yakni nurani kemanusiaan. Kita sebagai bangsa yang besar dan bersaudara, tak bisa melihat saudara-saudara kita terkena musibah dan hidup dalam kesengsaraan sendirian.
Namun saat ini Ibu Pertiwi sedang lara ,Bangsa Indonesia sedang mengalami Bencana Nasional Pandemi Covid-19. Dalam 33 hari setelah pengumuman terjadi peningkatan yang sangat cepat dari 2 menjadi 1986 kasus dengan kematian 181 orang atau 9,1%. Kematian di negara kita lebih tinggi dari angka kematian rata-rata global yaitu 5% atau 58.773 kematian dari 1.094.068 kasus. Kondisi ini menjadi ancaman serius dan mencemaskan bagi seluruh rakyat Indonesia yang berimbas pada berbagai aspek kehidupan. Bencana ini tidak bisa dianggap enteng ini bukan sekedar masalah kesehatan yang bisa ditangani oleh stakehoder yang mumpuni saja seperti dokter dan petugas kesehatan saja dalam memerangi penyebaran Covid 19 ini.
Dan juga tidak hanya selalu memberikan pendapat yang mengundang rasa pesimis bagi pasien ataupun para pejuang yang berperang dalam penyebaran pandemi Covid 19 .
Seperti yang telah kita ketahui bersama, sekitar 2 pekan yang lalu kita melihat sebuah fenomena yang begitu menyayat hati dan menguras air mata, yakni penolakan jenazah petugas medis dan saudara-saudara kita yang telah berjuang dengan keringat, tenaga dan air mata untuk melawan dan memutus mata rantai penyebaran Covid 19, namun diakhir hayatnya ditolak secara gamblang oleh masyarakat yang umumnya belum mendapatkan informasi dan wawasan yang benar terkait dengan prosesi pemakaman jenzah covid 19 tersebut.
Hal ini disebabkan oleh rasa panic buying masyarakat dan maraknya berita hoax terkait dengan penyebaran virus jika dimakamkan di TPU setempat, faktanya dilansir dari situs kompas.com, bahwasannya perlu diketahui, pasien virus corona (Covid-19) tidak bisa menularkan virus tersebut dalam jarak dekat.Tapi Penularan virus disinyalir berasal dari batuk atau bersin orang yang terjangkit. Bahkan beredar kabar virus corona dapat menyebar lewat udara.
Meski begitu, laporan yang diterbitkan dalam WHO-China Joint Mission on Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) terdapat bagian laporan berjudul route of transmission. WHO pun menyebutkan hingga kini belum ditemukan kasus penyebaran virus corona melalui udara sehingga cara penyebaran virus corona melalui udara bukan faktor terbesar penularan penyakit berdasarkan bukti yang ada. Sementara itu, meski beberapa ahli menilai jenazah pasien Covid-19 dapat menularkan virus tersebut, namun perlu diketahui setiap tenaga medis sudah diharapkan untuk melakukan protokol pemakaman jenazah pasien terinfeksi virus corona. Bahkan proses pemakaman jenazah tersebut juga ada yang dimasukan ke dalam peti, dan tak boleh didatangi pihak keluarga atau warga lainnya. Sehingga penolakan jenazah di beberapa daerah merupakan kurang informasi dan wawasan masayarakat terkait dengan virus Covid 19 ini.
Bisa kita bayangkan? jika kita sama- sama berfikir egois ketika terjadi penolakan jenazah mereka padahal mereka yang merawat dan berjuang melawan virus covid 19, karena sedih dan sakit hati para medis menyerah dan berhenti mengobati pasien-pasien yang terinfeksi apa yang bisa kita lakukan? Apakah tanpa bantuan dan perjuangan mereka keluarga kita yang terinfeksi bisa sembuh dan selamat dengan sendirinya? Kita juga harus ingat, para petugas medis yang berada sangat dekat dengan virus ini pun bisa saja menolak untuk melakukan pengobatan dengan alasan mereka takut terinfeksi dan mereka pun memiliki keluarga yang tidak pernah ingin mereka tinggalkan dengan beberapa alasan tersebut bukankah sudah cukup untuk para medis tidak bertugas, bukankah itu hal yang mudah untuk direalisasikan?
Namun, mereka tidak sekejam dan egois itu. Mereka sadar Ibu pertiwi dan saudara-saudaranya sedang tidak baik-baik saja, sehingga mereka dengan penuh keyakinan dan tekad meninggalkan segala keraguan dan rasa takut untuk maju dan berjuang menghadapi si sillent killer yang begitu mematikan ini demi kembali tersenyumnya Ibu Pertiwi. Jangan hanya karena kita terlalu panik membuat kita menghilangkan rasa kemanusian dan kebersamaan bangsa Indonesia.
Sebuah Derita dan duka memang mustahil diukur dengan alat atau metode pengukur paling akurat pun. Rasa derita dan duka tidak bisa diukur namun hanya bisa dirasakan dengan daya perhatian, peduli, belarasa berdasar rasa kemanusiaan. Angkara murka wabah Covid-19 mustahil ditanggulangi dengan hanya statistik paling sophisticated, manajemen pelayanan kesehatan paling profesional, peralatan medis paling modern mau pun obat paling manjur. Upaya bersama menanggulangi pandemi Corona ini mutlak perlu dilengkapi dengan ketulus-ikhlasan belarasa serta welas-asih dan kasih-sayang dipersembahkan oleh manusia kepada sesama manusia.
Pada hakikatnya memang bukan statistik, bukan teknologi, bukan ilmu pengetahuan, bukan ekonomi apalagi politik namun kemanusiaan adalah mahkota peradaban. Bencana ini membutuhkan kebersamaan dan sinergisitas dari seluruh lapisan masyarakat tanah air untuk bahu- membahu memberikan bantuan dukungan untuk menghadapi bencana ini.
Indonesia memiliki sejarah semangat pertahanan keamanan semesta, yang mana saat negara diserang oleh musuh dari luar maka seluruh rakyat Indonesia akan bersatu dan bergerak membela negara. Tidak hanya tentara saja yang berjuang, seluruh rakyat ikut berjuang membantu membela negara dengan bersenjatakan apa saja yang dimilikinya seperti bambu runcing, kayu, golok, pedang, dan apa saja yang bisa digunakan untuk melawan musuh. Tidak hanya di garis depan, rakyat juga membantu memberi dukungan dengan segala yang dimilikinya seperti makanan, minuman, dan berbagai kebutuhan yang diperlukan para pejuang. Saat ini tentunya perjuangan membela negara tidak seperti masa lalu bentuknya. Tetap bersatu padu bahu membahu berjuang untuk keselamatan dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan perannya masing masing. Seluruh rakyat ikut terpanggil dalam berbagai aktivitas berjuang memerangi Covid-19 dengan menjaga dan memelihara kesehatan sesama rakyat Indonesia. Orang sakit akan terbantu dalam mengurangi penderitaannya. Mereka yang terancam sakit dapat terhindar dari sakitnya.
Demikian pula bagi yang sehat dapat terjaga dan terpelihara kesehatannya. Semua bergotong royong tolong menolong berbagi kontribusi mewujudkan kesehatan semesta. Seluruh masyarakat perlu ikut bertanggung jawab atas kejadian bencana ini dan menjadi bentuk perjuangan yang perlu dibangun dalam rangka mewujudkan kesehatan semesta bangsa Indonesia. Dorongan dari pemerintah, berbagai profesi, tokoh agama, tokoh panutan, dan berbagai unsur terkait dapat menjadi sumber penggerak.
Dorongan tersebut perlu disampaikan dalam bentuk arahan bahwa kontribusi menjaga diri, keluarga, dan masyarakat adalah upaya gotong royong yang perlu dilakukan serta senantiasa dikumandangkan secara terus menerus. Hal ini memungkinkan timbulnya kebiasaan positif yang kemudian diharapkan dapat menjadi suatu budaya yang baik bila dapat saling menjaga dan mengingatkan bila ada perilaku yang membahayakan yang tidak sesuai dengan upaya pencegahan penyebaran/penularan Covid-19. Berbagai seruan telah disampaikan senantiasa menjaga jarak (physical distancing), tidak batuk sembarangan, tidak berkerumun, membersihkan berbagai alat yang bisa menjadi media penularan, tetap di rumah bila tidak ada keperluan mendesak, dan melakukan isolasi diri secara patuh bila berpotensi sakit atau berpotensi menularkan. Perlu dibangun budaya yang membuat seseorang merasa bersalah bila berbuat sesuatu yang berpotensi menulari diri sendiri dan orang lain apalagi sampai sakit. Perlu pula dibangun budaya yang membuat seseorang merasa bersalah bila tidak berbuat apapun bagi orang dalam kekurangan, menderita sakit, atau yang tidak tahu terhadap bahaya penularan.
Semangat gotong royong merupakan semangat kebersamaan yang perlu dibangun untuk mewujudkan Indonesia yang sehat, kuat, dan hebat. Pemantapan semangat ini memerlukan tokoh panutan yang memberikan arahan pada masyarakat. Upaya ini diharapkan dapat membangun berbagai komunitas swadaya masyarakat yang peduli dengan sesama untuk saling menolong demi kemaslahatan bersama. Semua orang yang mampu membantu yang kurang mampu, yang berlebih membantu yang kekurangan, yang sehat membantu yang kurang sehat, dan yang berpengetahuan membantu yang belum tahu. Kolaborasi berbagi peran adalah kata kunci yang tepat dalam menangani bencana Covid-19 secara nasional maupun secara lokal di daerah. Seluruh komponen bangsa bersatu padu ikut menanggulangi masalah ini sesuai dengan tugas dan keahlian masing masing.
Para dokter dan petugas kesehatan berada di garis depan memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Alat pelindung diri (APD) dicukupi untuk terlaksananya pelayanan kesehatan dengan baik. Alat deteksi dan diagnostik dicukupi untuk dapat melakukan screening yang sakit dan tidak sakit. Seluruh komponen masyarakat membantu dengan dukungan serta membatasi diri tidak keluar rumah, menjaga jarak, membatasi mobilitas intra dan antarwilayah, saling membantu dalam penghidupan.
Semoga Duka dan Kesedihan ini cepat berlalu,
Tetap jaga kesehatan dan jaga jarak teman-teman,
Yuk kita mulai menetapkan kebiasan bersih dan disiplin dari diri kita masing-masing ^_^
Lekas Membaik Bumi dan Ibu Pertiwi ku.
Referensi
Wahyu, Felek. Miris, Usai Penolakan Jenazah Perawat Korban Covid-19 Kini Ada Perawat Ditampar Pasien.
https://www.liputan6.com/regional/read/4225364/miris-usai-penolakan-jenazah-perawat-korban-covid-19-kini-ada-perawat-ditampar-pasien. Diakses pada 22 April 2020
Soesatyo, Bambang. COVID-19, Resesi Ekonomi dan Urgensi Kebersamaan. https://news.detik.com/kolom/d-4972745/covid-19-resesi-ekonomi-dan-urgensi-kebersamaan. Diakses pada 23 April 2020
Suprana, Jaya. Statistik Covid-19 dan Kemanusiaan. https://Kompas.com
Profil Penulis:
Aling Mai Linda Sari Putri
Mahasiswi Universitas Lampung