KEMBALI
Oleh: Prita
Sudah beberapa purnama lamanyaa.
Manusia terbelenggu dalam sebuah ikatan.
Bak terpenjara di rumah sendiri.
Bagaimana tidak,
Para buruh harus ter phk
Lapak pedagang merugi karena sepi pembeli
Kejahatan tak henti henti menghantui.
Makhluk hidup yang tak terlihat hanya dengan bertelanjang mata,
Kini mampu, menggemparkan seluruh dunia.
Tak terhitung banyaknya jiwa yang terenggut karenanya.
Tak lagi memandang usia, kasta, serta gender sama saja.
Koronaa.
Yaa, korona.
Bak sedang di beri peringatan oleh semesta.
Bahwa, yang terlihat kuat, tak selamanya berkuasa
Seperti bertekuk lutut dibuatnya.
Lalu,
bagaimana dengan Ibu Pertiwi.
Kini, Ibu pertiwi sedang di rundung gelap.
Ibu pertiwi merintih, menahan setiap goresan luka yang ada.

Sayup sayup angin membawa berita tak henti.
Berharap jika hari ini, esok atau lusa,
Mimpi buruk ini akan segera berakhir.
Pandemi ini menimbulkan segudang tanya,
Dengan setiap polemik yang tak berkesudahan.
Krisis pangan, krisis ekonomi, bahkan krisis pola fikir,
Tak henti mencekik sistem pemerintahan.
Tetesan peluh yang kini terbalut pakaian, tak ternilai lagi harganya.
Saat kematian yang kapan saja akan menjumpai mereka.
Dan harap cemas keluarga, yang kini telah terabaikan.
Ada surga di bawah telapak kaki seorang ibu yang kau rindukan.
Ada buah cinta yang juga mengharap sebuah penantian menjadi temu.
Letihmu kini menjadi candu.
Semua itu engkau korbankan, demi wujud bakti cinta kepada Ibu Pertiwi.
Akan ada semburat senyum mereka yang telah usai melewati masa kritis,
Semua itu terbayarkan tunai atas peras peluhmu selama ini.

Wahaii engkau para pahlawan tanpa selisih dan pamrih.
Banyak doa yang terus tersirat kepada Tuhan,
Demi engkau, dan juga keluarga yang kau tinggalkan.
Semoga tuhan selalu melindungimu, serta orang orang terkasihmu.
Langit biru nan mempesona terlukiskan awan putih.
Secercah cahaya mentari menyeruak dalam celah rimbun dedaunan
Siul angin menggeliatkan rerumputan hijau nan asri.
Cakrawala terlalu sempurna, jika harus terus meratap sendu.
Pemerintah menetapkan segala kebijakan.,
Tim medis yang menyembuhkan.
Dan sesungguhnya.
Masyarakatlah sebagai pejuang di garda terdepan
Dalam memutus mata rantai penyebaran,
dengan melaksanakan aturan pemerintah serta menjaga kebersihan

Semoga kita semua yang sedang dan akan terus berjuang,
Selalu terlimpahkan kesehatan hingga kembali pulih bumi pertiwi.
“Jadilah diri sendiri, dan lebih mencintai hidup”
(Prita Latifa Anggraeni)
Profil Penulis:

Prita Latifa Anggraeni, merupakan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung semester IV, Pengalaman Beliau pernah Magang di bidang Kajian, dan sekarang dia menjabat sebagai anggota bidang Kajian Tahun 2020/2021.
Tinggalkan Balasan